Kamis, 29 Maret 2012

Kompumedia – RGB adalah singkatan dari Red-Green-Blue, tiga warna dasar yang dijadikan patokan warna secara universal (primary colors). Dengan basis RGB, kita bisa mengubah warna ke dalam kode-kode angka sehingga warna tersebut akan tampil universal.

Memahami dasar warna RGB dan CMYK

CMYK merupakan standar industri cetak saat ini. Singkatan dari Cyan – Magenta – Yellow, – Black. K mewakili warna hitam. CMYK merupakan standar warna berbasis pigment-based, menyesuaikan standar industri printing. Sampai saat ini, dunia cetak-mencetak memakai 4 warna dasar ini dalam membuat warna apa pun.
Metode RGB (Red, Green, Blue)
Metode warna ini dipakai untuk warna pendar atau warna layar yang berupa cahaya yang dipancarkan. Warna ini hampir mirip dengan teori warna dasar, tetapi menggunakan warna Hijau sebagai pengganti warna Kuning. Warna-warna lain dihasilkan hanya dengan kombinasi dari 3 warna yaitu Merah, Hijau, dan Biru.
Pada pemrograman berbasis text, misal xBase (dBase/FoxPro/Clipper), warna RGB ini didefinisikan dengan sangat sederhana yaitu dengan perintah dasar SET COLOR TO warnaRGB. Contoh:
SET COLOR TO R: menghasilkan tulisan warna merah
SET COLOR TO W/B: menghasilkan tulisan putih di atas latar Biru
Dalam pemrograman xBase, kode warna yang dipakai adalah:
R = Red (Merah)
G = Green (Hijau)
B = Blue (Biru)
W = White (Putih)
N = None (tanpa warna atau Hitam)
Jika ingin membuat warna lebih menyala (bright), bisa ditambahkan tanda ‘+’, misal R+ (merah terang) dan pemberian tanda ‘*’ akan menghasilkan efek berkedip.
Pada pemrograman GUI, maka RGB memiliki spektrum yang lebih luas dibanding era text-based. Beberapa tools menggunakan RGB dengan nilai 0 s/d 255. Ada juga yang menggunan nilai hexadecimal dari nilai 00 sampai dengan FF.
Perhatikan contoh berikut:
  • RGB(255,0,0) akan menghasilkan warna merah sempurna   Memahami dasar warna RGB dan CMYK
  • RGB(255,0,255) akan menghasilkan warna violet (tetapi dalam RGB akan lebih mendekati pink)  Memahami dasar warna RGB dan CMYK
  • RGB(0,50,0) akan menghasilkan warna hijau gelap  Memahami dasar warna RGB dan CMYK
Dalam hexadecimal, cara penentuan warna juga sama, misal warna merah dengan RGB(FF,00,00), warna biru dengan RGB(00,00,FF).
Pemberian nilai maksimal RGB, yaitu RGB(255,255,255) atau RGB(FF,FF,FF) akan menghasilkan warna putih. Sebaliknya pemberian nilai minimal RGB(0,0,0) akan menghasilkan warna hitam. Untuk menghasilkan warna abu-abu (Grey), cukup memberikan nilai yang sama pada unsur R,G, dan B. Jika nilainya kecil maka akan menghasilkan abu-abu gelap dan semakin besar nilainya akan menghasilkan warna abu-abu yang semakin terang. Misal: RGB(20,20,20) menghasilkan abu-abu gelap dan RGB(200,200,200) akan menghasilkan warna abu-abu yang lebih terang.
Dalam konteks RGB atau warna cahaya, maka sebenarnya bisa dianggap tidak ada warna hitam. Warna hitam adalah warna tanpa cahaya, sehingga nilai RGB-nya adalah nol.
Metode CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black)
Warna CMYK adalah warna yang berdasar pada pigmen warna (zat warna) yang umumnya dipakai dalam teknologi pencetakan. Berbeda dengan RGB yang mengabaikan warna hitam, maka dalam CMYK mengabaikan warna putih (karena dianggap warna putih adalah warna bidang cetakan/kertas). Jika anda memeriksa tinta pada printer warna, maka anda akan menjumpai 4 warna tinta yaitu Cyan (biru kehijauan), Magenta (seperti pink tapi lebih tua), Yellow (Kuning) dan Black (Hitam).
Dalam warna CMYK, warna hitam disimbulkan dengan K, bukan B. barangkali, karena simbol B telah lazim dipakai untuk Blue di RGB. Jika semua nilai CMYK dibuat 0 (nol), maka yang terjadi adalah warna putih. Sebaliknya jika warna CMY dicampur pada nilai maksimal, yang tercipta adalah warna grey mendekati hitam. Hal ini memungkinkan untuk printer warna yang tidak memiliki cartridge hitam untuk tetap bisa menghasilkan warna hitam. Dalam beberapa hal, hasil pencampuran warna pada model CMYK, memiliki variasi yang lebih sedikit dibanding yang bisa didapatkan dengan RGB. Bagaimanapun, RGB bisa dianggap mendekati konsep warna dasar dengan sedikit perbedaan pada warna kuning dan hijau. Akan tetapi, jika anda ingin mendapatkan warna hasil cetakan yang sama dengan warna di monitor (what you see is what you get), maka sebaiknya modus gambarnya diubah dulu ke CMYK, tentu saja jika softwarenya mendukung.
Warna CMYK:  Memahami dasar warna RGB dan CMYK

RGB vs CMYK

Pada dasarnya printer dan monitor adalah dua perangkat yang berbeda, bahkan basis manajemen warnanya pun berbeda, monitor menggunakan mode RGB (seperti juga mata manusia), sedangkan printer menggunakan CMYK. Yang satu menggunakan proses rasterisasi yang tingkat gradasinya lebih pendek yang satu menggunakan tingkat refleksi yang gradasinya lebih panjang. Coba lihat di Photoshop atau Corel dimana palet warna RGB menggunakan 255 tingkat gradasi sedang CMYK hanya 100 tingkat gradasi, pendek kata ada detail warna yang tidak bisa disimulasikan oleh printer (perangkat berbasis CMYK).
Salah satu cara untuk mengatasi perbedaan dalam konversi warna dari RGB ke CMYK adalah ‘kalibrasi’. Proses kalibrasi warna adalah proses pencocokan warna agar semua perangkat pemroses citra (image) menggunakan satu patokan yang serupa. Untuk itu di aturlah agar warna pada monitor sebagai perangkat yang jangkauan warnanya paling tinggi hanya menampilkan warna yang bisa di hasilkan oleh printer. Jadi nanti sewaktu kita akan mencetak hasilnya akan ‘mirip’ seperti yang kita liat di monitor.
Proses termudahnya tentu saja menggunakan fasilitas yang disediakan oleh aplikasi yang kita gunakan. Misalnya adobe gamma yang disediakan oleh Photoshop dimana monitor akan di kalibrasi sesuai pilihan kita. Meskipun telah di kalibrasi jika kita tetap saja bekerja dengan mode RGB di Photoshop dan aplikasi lainnya tentu saja ada warna-warna tertentu yang tidak akan bisa dicetak hal ini dikenal dengan istilah “out of gamut” bisa di deteksi dengan membuka palet color picker dan men-cek warna di image dengan eyedroper tool, akan ada tanda segitiga dengan tanda seru yang menandakan warna tersebut tidak akan tercetak, dan jika anda mengklik tanda segitiga tersebut pilihan warna akan berubah dan menampilkan warna yang akan di gunakan untuk mencetak.
Jadi jelas bahwa untuk mengetahui hasilnya setiap image yang di gunakan di photoshop dan aplikasi lain perlu di konversi ke CMYK sebelum di cetak. Jika anda merasa bahwa warnanya kurang menarik anda bisa menyesuaikannya lebih dulu dengan berpatokan ke image yang masih dalam mode RGB (ingat beberapa filter photoshop hanya bisa di jalankan di dalam mode RGB!)
Sekarang kita kembali ke inti pertanyaan kenapa hasil cetak di percetakkan turun? Sekali lagi proses kalibrasi yang anda lakukan adalah proses kalibrasi di komputer anda bukan di mesin separasi apalagi di mesin offset percetakkan. Jadi tentu saja resiko warna turun sangat besar bahkan jika pun anda menggunakan Macintosh! Untuk mengatasi ini anda harus mengetahui warna-warna yang bisa di hasilkan oleh percetakkan, biasanya percetakkan yang baik akan dengan senang hati memberikan contoh cetaknya kepada anda berupa gradasi persentasi warna dalam bentuk buku dalam mode CMYK. Gunakan contoh tersebut sebagai panduan untuk mengkalibrasi komputer dan printer di rumah/kantor jadi anda bisa melakukan test print dulu sebelum pergi ke percetakkan. Kalau anda rasa kontrol tersebut kurang kuat anda bisa minta hasil proof dari percetakkan (dengan biaya) untuk melihat akurasi warnanya.
Sekali lagi ingat banyak variabel yang tidak berada dalam kontrol seperti misalnya alat proof yang menggunakan teknologi continus tone (dye sublimation / thermal printer) jelas berbeda dengan mesin cetak yang menggunakan raster half tone! Sekarang persoalan kembali ke medianya, selain mode warna media kertas yang di gunakan juga menentukan. Sebagai contoh hasil cetak dengan inkjet di atas kertas HVS biasa pasti biasa-biasa saja di banding dengan media khusus seperti foto paper atau glossy paper. Mengapa? Karena daya serap kertas terhadap tinta dan kemurnian bahan dasar kertas (pulp) menentukan hasil cetak. Kertas biasa dengan pori-pori besar dan bahan dasar yang tidak pure white (cenderung kuning atau abu-abu) akan menyerap tinta ke dasar kertas dan membuat warna lebih abu-abu ketimbang kertas glossy/art paper yang mampu menahan tinta dengan bahan lapisannya sedang bahan dasarnya yang lebih putih akan mampu memberi tampilan warna lebih cemerlang. Sementara itu kertas dove memang ditujukan untuk membuat tampilan warna lebih lembut dengan tidak menggunakan lapisan penahan tinta sebanyak art paper, untuk itu agar warna atau bentuk tertentu menonjol digunakan varnish/coating (di percetakkan dikenal dengan UV varnish/coating). Penggunaannya tentu terserah anda.

0 komentar :

Posting Komentar