Minggu, 15 April 2012

Dulu, aksi brutal geng motor ditunjukkan oleh anggota geng motor tersebut untuk unjuk identitas. Mereka membutuhkan aksi kekerasan supaya keberadaan mereka diakui dan ditakuti orang.

Dalam sudut pandang kejiwaan, yang mereka lakukan adalah suatu bentuk displacement (salah pindah/pelampiasan) dari semangat mereka yang tidak terkontrol. Displacement adalah salah satu bentuk reaksi adaptasi yang disebut Mekanisme Pembelaan Ego (MPE). Karena displacement adalah sebuah reaksi, dapat dipastikan ada aksi yang menjadi pemicunya.
Inilah yang perlu kita tahu,
Ketika mereka turun ke jalan, mereka membawa identitas moral dan kepribadian sebagai anggota geng.

Geng motor tidak akan melakukan penyerangan impulsif. Tanpa perencanaan matang, tanpa sasaran spesifik dan tanpa motif instrumental.
Impulsif itu bukan berarti kelompok tersebut tidak melakukannya secara rasional. Tapi ketika mereka berhimpun sebagai geng maka yang terbentuk adalah kepribadian geng. Sebagai geng mereka butuh identitas. Tapi sepertinya mereka tidak memiliki kemampuan ekstra untuk membangun identitas secara positif.

Antara Emosi dan Mental

Tingkatan emosi baik bersifat negatif maupun positif seseorang dengan orang yang lain dibedakan dalam hal cara berpikir, berbicara, dan bertindak. Bila seseorang mempunyai emosi negatif yang sangat ekstrem dan tidak mampu mengontrol diri sendiri, mulai dari cara berpikir dipastikan mempunyai nilai negatif yang tinggi, diwujudkan dalam berbicara yang negatif dan disertai tindakan negatif. Contohnya merusak, membakar, membunuh, atau bahkan bom bunuh diri dengan sasaran sebanyak-banyak korban yang dipandang telah merugikan atau tidak mengikuti kemauan si pemilik emosi negatif itu.

Bila ditanya kenapa geng motor selalu diikuti oleh agenda negatif? Hal tersebut tidak benar selalu terjadi, sebab ada juga geng motor yang dulunya negatif sekarang sudah bersosialisasi dan beradaptasi dengan mengutamakan hal dan kegiatan positif seperti klub Moonraker, salah satu komunitas motor yang berani terbuka dan melakukan perubahan ke arah yang lebih positif.

Geng motor yang dilakukan untuk tujuan benar dan murni tidak mungkin akan melakukan perbuatan negatif seperti merusak fasilitas umum, membakar, menganiaya bahkan membunuh. Namun, fakta di lapangan akan berbeda bila pada geng motor tersebut sudah ada agenda khusus yang membonceng. Jadi saya pribadi lebih yakin bila emosi dan mental negatif bukan milik semua geng motor. Sebab, faktanya mereka dapat memilih mana yang harus dijadikan sasaran dan mana yang tidak pantas jadi sasaran.

Sesuai dengan penelusuran saya dari berbagai fakta peristiwa yang terjadi di Jakarta beberapa pekan lalu, anggota geng motor yang melakukan penyerangan ialah kelompok besar dan yang menjadi korbannya adalah kelompok kecil atau sekumpulan orang yang jumlahnya tidak terlalu banyak.
Para korban yang terluka pun mengaku sama sekali tidak mempunyai masalah atau terlibat keributan dengan pihak manapun sebelum peristiwa penyerangan terjadi.

Polisi sebaiknya tidak hanya berfokus kepada motif dari aksi-aksi tersebut. Polisi perlu melihat pola di wilayah mana dan pada pukul berapa kelompok tersebut sering beraksi.
Disitulah polisi berpatroli. Disitulah petunjuknya. Polisi tidak boleh lamban. Kalau mereka yang masih baru dan sedang mencari ke-khas-an gengnya ini diberitakan besar-besaran, sedangkan respons polisi lamban, itu justru akan jadi area kekuatan mereka.

Salam persaudaraan dari kami! peace, love, unity, respect and brotherhood everywhere! one for all all for one !

0 komentar :

Posting Komentar