Rabu, 04 April 2012

postingan kali ini saya akan menceritakan asal mula genteng jatiwangi. Bapak Uhe adalah orang yang berjasa atas pembuatan genteng jatiwangi tepatnya di desa Burujul,waktu itu bapak uhe membuat jenis genteng tradisional, karena mesin cetak untuk genteng belum ditemukan dan itu pun masih bersifat terbatas pembuatannya. setelah bpk uhe menggeluti usaha tersebut masyarakat sekitar mulai tertarik dengan apa yang dikerjakan bpk uhe,lalu bpk uhe mengajarkan cara pembuatan genteng kepada masyarakat sekitar. Setelah bpk uhe wafat beliau tidak mewariskan perusahaan pabrik gentengnya kepada anak-anaknya, hanya masyarakatlah yang mengembangkan usaha genteng tersebut sampai sekarang. Seiring berjalannya waktu pembuatan genteng secara tradisional/generasi pertama mulai ditinggalkan karena sekitar tahun 60-an bapak Ikhwan  menemukan cara pengolahan yang baik supaya kualitas genteng bagus.
Pada tahun 1962 salah satu dari Pengusaha genteng pernah di datangi oleh pendiri sekaligus mantan wakil presiden pertama RI, yaitu Bapak Muhammad Hatta. Bapak Muhammad Hatta mengunjungi salah satu pabrik genteng yang dikelola oleh Bapak Harsa,Bapak Hasra Memandu beliu berkeliling melihat suasana dan cara pembuatan genteng dan pada waktu sesi istirahat Bapak Muhammad Hatta dihidangkan air kelapa muda (dawegan=bhs.sunda) yang diambil langsung dari pohon bapak Harsa.

Pada tahun 1977 seiring bergulirnya waktu pada masa orde baru yang dipimpin oleh bapak Soeharto yang dalam programnya, yaitu PELITA. Sebagian masyarakat yang dulunya mengolah genteng secara tradisonal lalu merubahnya menjadi mesin, mungkin saja faktor program pembangunan mempengaruhi desa tersebut, karena disamping lebih cepat serta lebih ringan dalam pengolahan genteng yang dilakukan para pekerja. Sekitar pada tahun 1980 sampai tahun 2000 masyarakat yang mempunyai modal mulai membuka usaha sendiri-sendiri (individual), dikarenakan masyarakat mulai tertarik untuk merintis usahanya dan kebanyakan para pengusaha itu sendiri hanya berpendidikan SMA/SMEA ke bawah. Tak tahu kenapa para pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengusahanya dari pada mencari ilmu, di karenakan menurut pemimpin sekaligus sebagai ketua Apegja mengatakan bahwa “saya sudah mengelola usaha genteng ini dan alhamdulillah maju serta mendapatkan apa yang saya dapatkan tercapai, untuk apa sekolah tinggi toh akhirnya akan mencari kerja/uang".

Tetapi ketika badai krisis ekonomi dan moneter menghantam Indonesia, masyarakat Jatiwangi pun terkena imbas. Ini diakibatkan tidak seimbangnya harga genteng dan bahan baku, naiknya upah buruh dan daya beli masyarakat yang semakin melemah. Keadaan itu diperparah oleh sepinya proyek pemerintah sehingga mengakibatkan banyaknya perusahaan yang gulung tikar . Seperti yang terjadi pada desa burujul wetan yang mana sangat kesulitan untuk memasarkan produk yang dikelola masing-masing pengusaha, pada akhirnya para pengusaha pun banyak yang kehabisan modal dan sulitnya untuk memasarkan produk genteng. Karena situasi pada saat itu belum stabil perekonomiannya, maka banyak pengusaha yang menyerah pada waktu itu, tetapi ada salah satu pengusaha genteng yang masih bertahan pada saat ini, walaupun terkena ganasnya ombak krisis global, tetapi ia masih bertahan. Walaupun ada sedikit bergejolak yang menimpa tetapi masih bisa diatasi oleh pengelolanya. Pengusaha yang masih eksis sampai sekarang, salah satunya ialah PG. Apip Indotiles.

Seperti yang ada saat ini pengusaha genteng yang berada di desa burujul wetan ada 124 pengusaha genteng baik itu genteng yang dikelola pada kalangan kecil, menengah maupun besar ( Produksi ). Produksi genteng yang dihasilkan dari para pengusaha desa tersebut beragam dari Palentong, Morando dll.Industialisasi yang dilakukan masyarakat desa Burujul wetan ternyata tidak hanya membawa pada aspek kemanfaatan saja tetapi mempengaruhi pada aspek lingkungannya juga. Seperti pengeksploitasian terhadap pohon di hutan yang ditebang untuk dijadikan bahan bakar pemanasan genteng.

 "Saya sebagai putra asli Burujul Wetan bangga atas semua pencapaian desa Burujul Wetan yang telah mengharumkan Desa Burujul Wetan dan Indonesia di negara tetangga karena genteng kami yang berkualitas tinggi.Tapi saya tidak bangga karena mengingat banyaknya pohon-pohon yang ditebang untuk dijadikan bahan bakar pembakaran, jika saja pemerintah tidak menaikan harga bahan bakar gas mungkin sampai sekarang pabrik genteng masih menggunakan BBG dan masalah eksploitasi hutan menjadi berkurang"

0 komentar :

Posting Komentar